Menghasilkan Ayam Joper Kampung Super: Upaya Perbaikan Genetik Unggul

Dalam dunia peternakan, upaya untuk menghasilkan ayam joper kampung super telah menjadi fokus utama. Ayam joper kampung super adalah jenis ayam pedaging dengan berat akhir mencapai 0,8 – 1 kg per ekor setelah menjalani periode pemeliharaan selama 60 hari. Ayam joper ini adalah hasil dari perbaikan genetik melalui metode Grading Up, yang melibatkan penyilangan antara betina RAS dengan pejantan ayam Bangkok, ayam pelung, ayam Nunukan, ayam Nagrak, ayam Kedu, atau bahkan jenis ayam lainnya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ayam joper kampung super tidak dapat disebut sebagai ayam final stock atau turunan F1 (Filial 1) dengan kandungan genetik 50% dari pejantan dan 50% dari indukan betina. Hal ini disebabkan oleh sifat genetik heterogen heterozigot pada indukan atau orang tua jantan dan betina ayam joper kampung super, bukan sifat homogen homozigot.

Turunan dari ayam dengan sifat genetik heterozigot heterogen membawa variasi genetik yang luas, termasuk genetik dari nenek moyang dan leluhur. Ini dapat mengakibatkan variasi hasil yang berkualitas berbeda, termasuk pertumbuhan yang lambat atau bahkan ketidakvitalan pada beberapa ayam joper. Hal ini seringkali terjadi meskipun pakan dan minuman yang diberikan memiliki kualitas dan kuantitas yang sama.

Mengapa hal ini terjadi? Ayam yang mengalami ketidakvitalan dominan mewarisi sifat genetik jelek yang turun dari leluhur mereka. Inilah kelemahan dari keturunan ayam joper kampung super yang tidak melalui proses seleksi pemurnian pure blond.

Lebih buruk lagi, jika betina yang digunakan adalah keturunan dari ayam joper kampung super, maka variasi genetiknya menjadi semakin rumit dan tidak terkontrol. Ini bisa menyebabkan sifat letal mendominasi, sifat yang dapat membuat ayam mati tiba-tiba setelah makan dengan tembolok yang penuh makanan. Fenomena ini seringkali menjadi tanda tanya besar bagi peternak.

Meskipun ayam ini memiliki nafsu makan yang kuat, mereka bisa tiba-tiba ditemukan mati di sudut kandang. Hal ini merupakan dampak serius dari dominasi sifat genetik letal. Oleh karena itu, penting untuk mencoba menekan sifat genetik ini dengan mengkonsolidasikan sifat genetik individu ayam melalui pemurnian.

Perlu dicatat bahwa analogi perkawinan dalam manusia, terutama perkawinan yang terlalu dekat seperti antara ayah dan anak perempuan, ibu dan anak laki-laki, atau kakak laki-laki dengan adik perempuannya, juga memiliki tujuan yang serupa dalam menghindari dominasi sifat genetik jelek pada satu individu tertentu.

Untuk menyimpulkan, program Grading Up yang diterapkan pada ayam joper kampung super adalah bagian dari upaya pemerintah untuk memperbaiki mutu genetik ayam lokal pada tahun 70-an. Meskipun program ini melibatkan perkawinan antara pejantan RAS dengan betina lokal, bukan sebaliknya seperti pada ayam joper kampung super yang mengawinkan pejantan lokal dengan betina RAS. Namun, program Grading Up akhirnya dihentikan oleh pemerintah karena kekhawatiran akan kemurnian genetik ayam lokal Indonesia.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *